HABIB LUTHFI : PERLUKAH KITA BERTHORIQOH ?
Kamis, 23 Jul 2020
“Pentingnya thariqah adalah untuk mengobati setiap ghaflah (lalai). Kelalaian yang terletak di setiap qalbu manusia,” demikian tutur Habib Luthfi dalam salah satu ceramahnya.
Habib Luthfi menerangkan bahwa qalbu manusia merupakan tempatnya lalai. Kelalaian inilah yang mengakibatkan seseorang itu berbuat hal yang tidak diridhai Allah dan tidak disukai Rasulullah Saw.
Ghaflah itu akan memunculkan aneka penyakit hati diantaranya kesombongan, bangga diri, dengki, hasad dan penyakit hati lainnya.
“Semua itu letaknya tidak di mulut, tidak di mata, bukan di telinga. Tapi fil qulub (di dalam qalbu),” imbuh Habib Luthfi.
Jika kita setiap hari kita menyucikan diri kita dengan air wudhu, membersihkan badan dengan mandi. Maka sudah sejauh mana kita sebenarnya memandikan qalbu kita setiap hari.
“Kalau mandi dan wudhu itu jelas ada alatnya yakni air. Seperti air sumur, air sungai, air laut dan lain sebagainya sebagaimana di dalam kitab Taqrib. Lalu alat untuk membersihkan qalbu itu apa?,” tutur pimpinan World Sufi Forum itu menjelaskan lebih lanjut.
أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’d, Ayat 28)
Ulama yang dikenal sangat nasionalis itu mengungkapkan bahwa Laa Ilaha Illa Allah itu diantara fungsinya ialah untuk membersihkan qalbu. Kalimat Laa Ilaha Illa Allah bisa mengikis ke-ghaflah-an kita kepada Allah Swt.
Yang Paling Dikhawatirkan
Dan yang paling mengkhawatirkan sekali, kata Habib Luthfi, ialah jangan sampai ghaflah ini ketika waktu naza’ (ketika nyawa dicabut).
“Jangan sampai kita karena tidak terbiasa akhirnya lupa apa itu Laa Ilaha Illa Allah, apa Allah Allah,” Habib Luthfi mengingatkan sambil memohon perlindungan kepada Allah Swt.
Maka di sinilah perlunya thariqah. Thariqah itu untuk membersihkan ghaflah kita kepada Allah Swt.
“Kapan kita membersihkan hati kita?,” tegas ulama yang masuk dalam 50 tokoh muslim paling berpengaruh di dunia.
Seluruh thariqah intinya sama, yaitu tashfiyatul qulub (membersihkan qalbu). Untuk melaksanakan salah satu rukun agama yaitu Ihsan.
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Jika tidak mampu maka sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Bukhari).
Habib Luthfi, menjelaskan lebih lanjut, bahwa jika kita tidak bisa melaksanakan yang pertama. Yakni Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Maka kita bisa mencoba untuk merasa dilihat dan didengar oleh Allah Swt.
Untuk selalu ingat kepada Allah dan Rasulullah diakui Habib Luthfi bukan hal yang mudah. Terlebih tanpa dilatih dengan dzikir yang banyak dan konsisten. Apalagi tanpa perantara guru (Mursyid) yang mengajarkan dan mengantar wushul kepada Allah.
Guru kita adalah perantara yang mengantar kita bertemu dengan Allah Swt. Sebagaimana Nabi Saw dituntun oleh malaikat Jibril ketika peristiwa Mi’raj.
“Kita perlu guru Mursyid yang menuntun kita untuk mi’raj, sehingga menemukan Laa Ilaha Illa Allah Muhammaddur Rasulullah,” ungkap ulama Pekalongan tersebut.
Dengan berthariqah, kita merasa diawasi oleh Allah sehingga akan mengurangi maksiat yang kita lakukan. Ada rasa malu kepada Allah Swt.
0 Comments:
Posting Komentar