K.H. Anjas Hidayatulloh, S .Ag
Al Gaylanie Adalah Mercusuar
Ajaran Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah
Semakin jauh dari masa Rasulullah dan semakin luas daerah-daerah yang mengenal Islam, semakin luas pula perkembangan ilmu keislaman. Perkembangan di sini diartikan dalam hal yang positif bukan perkembangan yang keluar dari garis besar tuntunan Islam.
Misalnya, dahulu di zaman Rasulullah dan sahabatnya, huruf-huruf Alquran ditulis dengan tanpa menggunakan harokat dan tanda titik.
Setelah orang-orang non-Arab mengenal Islam, penulisan huruf-huruf Alquran lebih disederhanakan dengan menambahkan titik pada huruf-huruf yang hampir sama, lalu di masa berikutnya ditambahkan harokat. Yang demikian dimaksudkan agar orang-orang non-Arab mudah membacanya.
Demikian juga dalam permasalahan agama secara umum, para sahabat dimudahkan dalam memahami Islam karena mereka bisa bertanya langsung dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabi’in bisa bertanya kepada para sahabat.
Adapun orang-orang setelah mereka, dengan penyebaran Islam yang luas membutuhkan penyederhanaan yang lebih mudah dipahami oleh akal pikiran.
Seperti halnya keberadaan Pondok Pesantren Algaylanie sebagai sarana khidmat/pengabdian dalam rangka mengamalkan, mengamankan, dan melestarikan ajaran Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, maka syekh mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah yakni Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Almaslul, Qs (mursyid TQN-PPS Ke-38) mengangkat beberapa orang wakil talkin, terutama di Sumatera Selatan pangersah Abah Aos mengangkat 3(tiga) orang wakil talkin salah satunya K.H. Anjas Hidayatulloh, S. Ag.
K.H. Anjas Hidayatulloh menjelaskan Tarekat Qoodiriyah Naqsyabandiyah atau Thoriqoh Qoodiriyah Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari dua buah tharekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah.
Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Syekh Sufi besar yang saat itu menjadi Imam Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah, Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Dia adalah ulama besar nusantara yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah.
Kiyai Haji yang memiliki nama kecil Anjasmara ini dan kemudian diganti nama beliau oleh pangersah abah Aos Anjas Hidayatulloh, menekankan hidup kita mulai hari ini dengan motto "hidup harus dijalani, dinikmati, disyukuri", karena Mau tidak mau, setuju atau tidak, kehidupan akan terus berjalan. Oleh karena itu, apapun keadaan kita hari ini, ambillah keputusan untuk menjalani kehidupan kita dengan sebaik mungkin.
K.H. Anjas Hidayatulloh, S. Ag, anak ke lima dari sembilan saudara ini selain ahli dzikir dan shalat, juga diberikan Allah. S.W.T kemampuan dalam ilmu pengobatan berbagai penyakit menggunakan metode wudlu dan mandi taubat. Perpaduan kedua metode itu sampai kini tetap digunakan oleh beliau untuk mengobati para pasiennya dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dan cukup berhasil.
Alumni IAIN Raden Fatah Palembang tahun 1998 ini berharap kedepannya Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Algaylanie bisa menjadi mercusuar ajaran thoriqoh qodiriyah naqsabandiyah pondok pesantren Suryalaya di Sumatera khususnya Sumatera Selatan sebagaimana pernah di sabdakan oleh pangersah abah Anom, amalan ajaran TQN Pondok Pesantren Suryalaya, cermati Tanbih. Hormat kepada yang lebih tinggi, jangan bersengketa, rendah hati, gotong royong, jangan berselisih, jangan menghina, jangan angkuh, harus kasih sayang, manis budi, ramah tamah, murah tangan, dan wa'tashimu bihablillah.
Suami dari Astiani Lismiyati ini meyayangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang tidak dapat berkembang dengan baik di luar pulau jawa. Keberadaan tarekat ini di luar pulau Jawa, termasuk di beberapa negara tetangga berasal dari kemursyidan yang ada di pulau Jawa.
Penyebab ketidakberhasilan penyebaran tarekat ini di luar pulau Jawa adalah karena tidak adanya dukungan sebuah lembaga permanen seperti pesantren.Mudah-mudah dengan hadirnya Ponpes Algaylanie bisa menerapkan secara lebih baik lagi kepada masyarakat Azas Tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah sebuah tarekat yang berdiri pada abad XIX M. oleh seorang sufi besar asal Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika intelektual umat Islam Indonesia pada saat itu cukup memberikan sumbangan yang berarti bagi sejarah peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kemunculan tarekat ini dalam sejarah sosial intelektual umat Islam Indonesia dapat dikatakan sebagai jawaban atas "keresahan Umat" masa kini.
Maka seluruh pengurus Pondok Pesantren Algaylanie berkomitmen untuk menjadikan Algaylanie sebagai sarana khidmat dalam motto "Wa tawashou Bilhaq dan Wata'waa shoubish-shoub" ujar beliau(*)
K.H. Anjas Hidayatulloh, S .Ag
Alumni: IAIN Raden Fatah Palembang 1998
Tempat & Tgl.lahir: Palembang, 13 Oktober 1974
Istri : Astini Lismiyati
Anak:
1. Muhammad Ramyza (SMP)
2. Yasmine Dhafirs (SD)
3. M. Fajar Shiddiq (SD)
4. Ahmad Fadhlan Haristi (TK)
Profesi:
1.Wakil Talkin TQN Suryalaya
2.Pimpinan Ponpes Algaylanie
Al Gaylanie Adalah Mercusuar
Ajaran Thoriqoh Qodiriyah Naqsyabandiyah
Semakin jauh dari masa Rasulullah dan semakin luas daerah-daerah yang mengenal Islam, semakin luas pula perkembangan ilmu keislaman. Perkembangan di sini diartikan dalam hal yang positif bukan perkembangan yang keluar dari garis besar tuntunan Islam.
Misalnya, dahulu di zaman Rasulullah dan sahabatnya, huruf-huruf Alquran ditulis dengan tanpa menggunakan harokat dan tanda titik.
Setelah orang-orang non-Arab mengenal Islam, penulisan huruf-huruf Alquran lebih disederhanakan dengan menambahkan titik pada huruf-huruf yang hampir sama, lalu di masa berikutnya ditambahkan harokat. Yang demikian dimaksudkan agar orang-orang non-Arab mudah membacanya.
Demikian juga dalam permasalahan agama secara umum, para sahabat dimudahkan dalam memahami Islam karena mereka bisa bertanya langsung dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para tabi’in bisa bertanya kepada para sahabat.
Adapun orang-orang setelah mereka, dengan penyebaran Islam yang luas membutuhkan penyederhanaan yang lebih mudah dipahami oleh akal pikiran.
Seperti halnya keberadaan Pondok Pesantren Algaylanie sebagai sarana khidmat/pengabdian dalam rangka mengamalkan, mengamankan, dan melestarikan ajaran Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, maka syekh mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah yakni Syeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Almaslul, Qs (mursyid TQN-PPS Ke-38) mengangkat beberapa orang wakil talkin, terutama di Sumatera Selatan pangersah Abah Aos mengangkat 3(tiga) orang wakil talkin salah satunya K.H. Anjas Hidayatulloh, S. Ag.
K.H. Anjas Hidayatulloh menjelaskan Tarekat Qoodiriyah Naqsyabandiyah atau Thoriqoh Qoodiriyah Naqsyabandiyah adalah perpaduan dari dua buah tharekat besar, yaitu Thariqah Qadiriyah dan Thariqah Naqsabandiyah.
Pendiri tarekat baru ini adalah seorang Syekh Sufi besar yang saat itu menjadi Imam Masjid Al-Haram di Makkah al-Mukarramah, Syaikh Ahmad Khatib Ibn Abd.Ghaffar al-Sambasi al-Jawi (w.1878 M.). Dia adalah ulama besar nusantara yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Syaikh Ahmad Khatib adalah mursyid Thariqah Qadiriyah.
Kiyai Haji yang memiliki nama kecil Anjasmara ini dan kemudian diganti nama beliau oleh pangersah abah Aos Anjas Hidayatulloh, menekankan hidup kita mulai hari ini dengan motto "hidup harus dijalani, dinikmati, disyukuri", karena Mau tidak mau, setuju atau tidak, kehidupan akan terus berjalan. Oleh karena itu, apapun keadaan kita hari ini, ambillah keputusan untuk menjalani kehidupan kita dengan sebaik mungkin.
K.H. Anjas Hidayatulloh, S. Ag, anak ke lima dari sembilan saudara ini selain ahli dzikir dan shalat, juga diberikan Allah. S.W.T kemampuan dalam ilmu pengobatan berbagai penyakit menggunakan metode wudlu dan mandi taubat. Perpaduan kedua metode itu sampai kini tetap digunakan oleh beliau untuk mengobati para pasiennya dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dan cukup berhasil.
Alumni IAIN Raden Fatah Palembang tahun 1998 ini berharap kedepannya Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Algaylanie bisa menjadi mercusuar ajaran thoriqoh qodiriyah naqsabandiyah pondok pesantren Suryalaya di Sumatera khususnya Sumatera Selatan sebagaimana pernah di sabdakan oleh pangersah abah Anom, amalan ajaran TQN Pondok Pesantren Suryalaya, cermati Tanbih. Hormat kepada yang lebih tinggi, jangan bersengketa, rendah hati, gotong royong, jangan berselisih, jangan menghina, jangan angkuh, harus kasih sayang, manis budi, ramah tamah, murah tangan, dan wa'tashimu bihablillah.
Suami dari Astiani Lismiyati ini meyayangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah yang tidak dapat berkembang dengan baik di luar pulau jawa. Keberadaan tarekat ini di luar pulau Jawa, termasuk di beberapa negara tetangga berasal dari kemursyidan yang ada di pulau Jawa.
Penyebab ketidakberhasilan penyebaran tarekat ini di luar pulau Jawa adalah karena tidak adanya dukungan sebuah lembaga permanen seperti pesantren.Mudah-mudah dengan hadirnya Ponpes Algaylanie bisa menerapkan secara lebih baik lagi kepada masyarakat Azas Tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah adalah sebuah tarekat yang berdiri pada abad XIX M. oleh seorang sufi besar asal Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika intelektual umat Islam Indonesia pada saat itu cukup memberikan sumbangan yang berarti bagi sejarah peradaban Islam, khususnya di Indonesia. Kemunculan tarekat ini dalam sejarah sosial intelektual umat Islam Indonesia dapat dikatakan sebagai jawaban atas "keresahan Umat" masa kini.
Maka seluruh pengurus Pondok Pesantren Algaylanie berkomitmen untuk menjadikan Algaylanie sebagai sarana khidmat dalam motto "Wa tawashou Bilhaq dan Wata'waa shoubish-shoub" ujar beliau(*)
K.H. Anjas Hidayatulloh, S .Ag
Alumni: IAIN Raden Fatah Palembang 1998
Tempat & Tgl.lahir: Palembang, 13 Oktober 1974
Istri : Astini Lismiyati
Anak:
1. Muhammad Ramyza (SMP)
2. Yasmine Dhafirs (SD)
3. M. Fajar Shiddiq (SD)
4. Ahmad Fadhlan Haristi (TK)
Profesi:
1.Wakil Talkin TQN Suryalaya
2.Pimpinan Ponpes Algaylanie