PEMAHAMAN PERTAMA AWLIYA ALLOH
Masalah ke-1
Siapa saja yang bisa mencapai Wali Allah?
*Semua muslim calon-calon Wali Allah.
Masalah ke-2
Bagaimana caranya mengetahui ciri-ciri Wali Allah?
*Al-Qur’an telah sekian ribu tahun sejak turun kepada Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.
Lalu anda sudah berapa tahun umur? lKok baru sekarang bertanya itu?
Firman Allah : (QS. Yunus:62-64)
Yahya bin Mu’adz berkata :
Alwaliyyu royha nullaahi ta aalaa filardi yasyummuhus shodiy quwna fatasiluroo ‘ihatahu ilaa quluw bihim fayastaa quwna bihii ilaa mawlaa hum wayazdaa duw na ‘ibaa datum tafaa wuti ahwa lihim.
Artinya :” Wali itu adalah wangi-wangian Alloh yang masyhur di muka bumi, yang menciumnya hanyalah orang-orang yang kebenarannya mendominasi dirinya, maka sampailah kesemerbakannya kedalam hati mereka, maka dengan itu terpesonalah mereka kepada Tuhannya serta selalu bertambah-tambah dalam ibadatnya dalam keadaan sikap serta sifat yang berbeda”.
Masalah ke-3
Mohon penjelasan cirri-ciri hamba Allah tersebut di dalam Al-Qur’an?
*Tidak banyak disebut di dalam Al-Qur’an, kecuali hanya sekali yaitu di dalam surat Al—Kahfi ayat 65:
Adanya hamba Allah itu abstrak dalam kekongkritanya dan kongkrit dalam keabstrakannya. Semua ahli tafsir sepakat mengatakan bahwa hamba Allah tersebut adalah Nabi Khidlir as, yang segala apa beliau kerjakan bukan kemauannya sendiri (semata-mata kehendak yang maha berkehendak) Allah berfirman : (QS. Al-Kahfi:82)
Seperti halnya Rosullah SAW panutan seluruh umat manusia, maka hamba Allah itupun adalah panutan seluruh manusia pada masanya, adapun cirri-ciri dan syarat-syaratnya:
1.Mengikuti seorang guru yang waspada, yang silsilahnya sampai ke hadirot Allah panutan dua golongan, yaitu jin dan manusia;
2.Dan orang pintar ( menguasai seluruh ilmu agama islam, karena orang bodoh tidak akan mampu member petunjuk);
3.Dan berpaling dari cinta dunia serta cinta kedudukan (bukan tidak punya dunia dan kedudukan);
4.Mampu melatih dirinya dengan mengurangi makan, tidur, bicara, dan banyak melakukan sholat (seperti yang telah diterngkan di atas), banyak bershodaqoh, banyak berpuasa;
5.Bersifat dengan sifat-sifat yang baik, seperti shobar, syukur, tawakal, yaqin, murah hati, qona’ah, tabah, tawadhu, benar, pemalu, tepat, berwibawa, tenang dan sebangsanya.
Seperti halnya cahaya dari sekian cahaya yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, beliaulah yang pantas menjadi panutan semua umat Nabi pada masanya. Dan adanya sosok orang tersebut lebih susah mencarinya dari pada belerang merah dan bila engkau berbahagia dan kebahagiaan yang tidak ada duanya apabila engkau menemukan sosok yang seperti itu, bila engkau telah bertemu dia, jangan sampai berpisah lagi dan layanilah dengan:
a.Tangan kemampuanmu;
b.Harta kekayaanmu;
c.Kekuasaanmu;
d.Pelihara hatinya;
e.Pelihara waaktunya;
f.Pelihara perjalanannya, jejak langkahnya atau sunnah-sunnahnya, karena firman Allah SWT. (QS. At-Taubah:119)
Sabda Nabi Muhammad SAW :
Kunma ‘allaahi waillam takun ma ‘allaahi fakun ma ‘amankaa nama ‘allaahi fainnahu yusiluka ilallah
Artinya: “ Adalah kamu sekalian bersama Allah, dan jika kamu sekalian tidak bersama Allah, adalah kamu bersama orang yang bersama Allah, maka sesungguhnya dia mengantarkanmu kepada Allah”.
Masalah ke-4
Bagaimana kaitannya dengan surat Al-Isra ayat 1?
*Itulah hamba Allah yang sebenar-benarnya, hamba Allah semua anak Adam a.s. harus menerima ada di bawahnya, hanya orang edan kurang setan yang menolaknya seperti dua Abu: Abu Jalal dan Abu Lahab.
Ada satu abu yang tidak menolak tetapi tidak mau menjadi pengikutnya yaitu Abu Tholib (paman Nabi Muhammad SAW). Ada juga seorang Abu yang sangat yakin terhadap hamba Allah tersebut, yaitu Abu Bakar As-Shidiq.
Semoga kita termasuk gologan orang yang satu, yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, dan terhindar dari “Abu” sebelumnya.
Adapun masa bakti hamba Allah tersebut hanya Allah yang menentukan, penggantiannya pun hanya Allah yang menentukan. Akan tetapi penerusnya pun tetap hanya satu hamba Allah tersebut, tidak menjadi dua atau lebih bnyak, karena telah Allah tetapkan didalam Al-Qur’an: (Q.S Al-Isra:11)
Bukan: subhaa nallazii asroo bi ‘abdayhi
Atau bukan: subhaa nallazii asroo bi I’baadihi
Setelah dilihat dari semua visi ayat tersebut, maka merupakan ketetapan Allah bahwa hamba Allah yang satu ini yakni Nabi Muhammad SAW serta yang satu pula penerusnya dan yang satu pula sebagai penerusnya sampai hari akhir pun tetap hanya satu yang dibangkitkan oleh Allah untuk peneguh iman umat bardasarkan ayat tadi. Sabda Nabi Muhammad SAW:
Innallaaha yab ‘ashu lihaazihil ummati alaa ro’sikulli mii ‘atihi sanatin manyujaddidu lahaa diynaha.
Artinya: “Sesungguhnya Allah akan membangkitkan atau mengutus untuk umat ini (umat islam) setiap seratus tahun seorang peneguh iman umat (pembaharu iman mereka)”. (H.R. Abu Dawud al-Hakim dan Al-Baihaqi dari Abi Hurairoh)
Adapun tugasnya telah ditetapkan pula oleh Allah didalam Al-Qur’an: (Q.S. Yaasin:20-21)
Firman Allah tentang penguasa bumi: (Q.S. Al-Baqarah:30)
Kita yakin bahwa yang satu ini tidak akan berubah menjadi dua atau lebih banyak, semuanya harus menjadi pengikutnya, berikut kita semua.
Masalah ke-5
Bagaimana kalau telah meninggal yang satu itu apakah akan ada gantinya?
*Selama ayat-ayat dan hadits nabi tersebut tadi tetap ada, maka yang satu tetap ada dan karena Allah SWT tetap ada dan ada-Nya tetap. Allah berfirman: (Q.S Al-Hijr:9)
Di dalam ayat lain Allah menjelaskan bahwa tidak ada yang menggantikan kalimah-kalimah Al-Qur’an. Jadi tak usah risau, karena Kholifatullah akan selalu dilahirkan di bumi-Nya.
Masalah ke-6
Siapa yang mengetahui penggantiannya itu?
*Sudah pasti yang satu itu yang mengetahuinya, tidak akan mengetahui rahasia Allah kecuali hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya: (QS.Al-Jin:26-27)
Yang wajib kita syukuri adalah dipertemukannya kita dengan yang satu sekarang, yang telah terasa manfaatnya baik urusan dunia maupun akhirat, semoga kita tidak berpisah lagi selama-lamanya.
Masalah ke-7
Lalu bagaimana caranya agar mencapai derajat Wali?
*Didalam kitab Miftahus Shudur tukilan Abah Anom dijelaskan, kata Syeikh Abu Sa’d Al-Khoroz r.a: apabila Allah maha luhur menghendaki seorang hamba dari sekian banyak hamba-Nya itu menjadi Walinya, maka Allah membukakan kepadanya pintu dzikir kepada-Nya (kepada Allah)
Itulah mengapa Sayyidina Ali Karomullahu Wajhahu memohon kepada Rosulullah SAW jalan mendekatkan diri kepada Allah, lalu Nabi memberikan bagaimana cara dzikir kepada Allah.
Masalah ke-8
Mungkinkah ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW?
*Pasti tidak akan diciptakan lagi manusia untuk jadi Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, berdasarkan firman Allah SWT: (QS. Al-Ahzab:40)
Masalah ke-9
Katanya orang yang sudah berguru ke Pangersa Abah, tidak boleh berguru lagi kepada orang lain, apakah itu benar?
*Tidak benar. Mereka datang ke suryalaya setelah capek berguru kepada orang lain. Mereka yang datang tidak di undang, datang hanya minta ditalqin, setelah itu terus pada pulang.
Yang datang bukan hanya orang-orang bodoh tapi nerduyun-duyun para ulama dari berbagai daerah Indonesia dan dari luar negeri, para Guru Besar dalam berbagai disiplin ilmu, para Jenderal dari berbagai angkatan, mereka semua punya banyak guru, mereka datang ke suryalaya hanya untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah yang belum mereka rasakan sebelumnya.
Selama tiga puluh empat tahun mengikuti Pangersa Abah tidak pernah mendengar kata-kata: “Awas jangan berguru kepada orang lain, ya!” Yang ada begini:”Ngapain ke Suryalaya, di sini juga banyak ilmu, jauh-jauh”. Banyak yang mau berangkat ke Suryalaya dijegal dijalan sampai tidak jadi.
Banyak Kyai yang telah berguru ke Suryalaya dinon-aktifkan dari imam, khotbah, dan pengajian-pengajian, seperti yang menulis ini, malah diumumkan jangan diundang. Yang ada di Suryalaya ini:
1.Tidak boleh membenci ulama yang sezaman,
2.Tidak boleh menyalahkan ajaran orang lain,
3.Tidak boleh meneliti murid orang lain,
4.Tidak boleh berhenti beramal walaupun disakiti,
5.Harus menyayangi orang yang membencimu.
Masalah ke-10
Ada berita lagi, katanya murid-murid Abah mengkultuskan, bagaimanakah itu?
*Saya balik nanya. Apa arti kultus? Dia menjawab, mendewakan, terus saya tanya lagi apa arti dewa, kultus bahasa apa? Sampai mana batasan kata kultus? Lalu apakah istilah dewa ada dalam ajaran islam? Bukankah istilah dewa hanya dalam ajaran hindu? Mengapa mencampur adukkan istilah agama lain dengan islam? Bukankah Islam agama diatas semua? Kok, berani mamasukkan istilah agama lain kepada agama Islam? Jangan dong! Makanya datang menghadap kepadanya (Abah Anom), jangan mendengar berita dari jauh. Pernah mendengar keterangan:
Izaa zoharo tilbid ‘u wasakatal ‘aalimu fa ‘alaihi la’natullah
Artinya: “Apabila dhohir atau Nampak perbid’ahan (ajaran yang tak sesuai dengan tuntutan dari junjunan kita Muhammad SAW) dan orang yang mengetahui tentang itu berdiam diri, maka yang Allah kutuk adalah orang-orang yang mengetahui dan membiarkannya”.
Dari luar negeri pada datang, mengapa kita tidak merasa penasaran? Bukankah Allah telah memberi peringatkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 36:
Masalah ke-11
Menurut berita, di Suryalaya itu rukun imannya tujuh dengan iman kepada Abah Sepuh, betulkah itu?
*Ah, itu benar-benar dibuat-buat, mana ada rukun iman tujuh, jangankan orang pesantren, orang bodoh pun boleh ditanya rukun iman, pasti mereka menjawab enam, adapun murid percaya kepada gurunya, itu termasuk iman kepada utusan Allah. Kita tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, yang menyampaikan risalahnya para penerusnya yaitu para Wali Mursyid, jelas wajib percaya dong!
Kalau santri tidak boleh percaya kepada gurunya, semua bubar, tidak ada pesantren lagi, kalau siswa atau mahasiswa tidak boleh percaya kepada gurunya atau dosennya, sekolah bubar semua, kampuspun bubar semua. Bilangin (katakana) deh kepada yang suka iseng itu, anda seorang guru sudah tidak didengar lagi oleh murid, anda seorang kyai berhenti dakwah agama dan seterusnya, masih banyak contoh-contoh.
Masalah ke-12
Waktu saya berjama’ah di Suryalaya, mengapa Abah tidak ke mesjid?
*Nanyanya salah, kenapa saya yang ditanya, bukan datang ke Abah waktu itu? Dengarkan ya, di Surabaya, ada cerita actual dari mulut kemulut, tentang seorang tukang sapu yang membersihkan di dalam dan di luar mesjid Sunan Ampel. Tapi manakala waktu sholat jum’at tiba, orang-orang merasa aneh, tukang sapu itu tidak pernah ada di kala sholat Jum’at.
Singkat cerita, setelah lama cerita itu menimbulkan penasaran ingin tahu. Pada waktu (musim keberangkatan jemaah haji Indonesia dari Surabaya telah berangkat semua ke sana) penyapu itu terlihat ada sholat Jum’at di Masjidil Harom, padahal orang-orang tahu tukang sapu itu tidak berangkat menunaikan ibadah haji, memang dari mana ONH-nya?, lalu di kejar sampai ketemu di Masjidil Harom itu dan ditanya,” kok, anda juga bias berangkat ya….? Dia menjawab : “hiss…jangan banyak bilang sama orang lain, ya! Nanti saya tidak kembali lagi ke sana”.
Karena orang yang menemukan si pesapon disana ngoceh kesana kesini, maka benar-benar dia tidak kembali ke Surabaya. Itu si pesapon, pangersa Abah siapa? Tahu tidak? Buruk sangka itu dosa besar, saying!
Laksanakan ibadah hanya karena Allah semata, bukan untuk menilai orang lain. Kalau lagi sholat larak-lirik sarung orang, baju orang, kopiah orang, bacaan orang, itu bukan sholat, tapi juri musa-baqoh. Makanya Allah memerintahkan sholat hanya untuk dzikir kepada-Nya. (QS. Thoha:14)
Masalah ke-13
Maaf, tentu pertanyaan ini sangat pribadi, apakah Pangersa Abah Anom dalam keadaan demikian masih dapat berkomunikasi secara lahiriyah?
*Di zaman modern seperti sekarang ini sering Nampak jelas bahwa komunikasi itu tidak mesti nempel atau kontak secara fisik saja, kecuali jarak dekat. Adapun untuk kontak jarak jauh kalau diukur hanya dengan fisik bagaimana (saya balik bertanya?).
Bagaimana dengan telepon? Bagaimana dengan HP? Begitu pula hubungan antara kita sesama manusia. Begitu pula hubungan dengan Allah.”perjalanan rasa” lebih cepat ketimbang lari, terbang dan lainnya, tidak lebih cepat dari perjalanan rasa seorang hamba Allah, sebagaimana perjalanan Isro’ Mi’roj Rosulullah SAW.
Pangersa Abah bukan Nabi dan bukanlah Rosul, tapi penerus Rosul. Karena beliau penerus Rosul, pasti beliau adalah hamba Allah, apabila kepada Rosulullah SAW ada yang tidak percaya akan perjalanan komunikasi tercepat itu, maka kepada Pangersa Abah Anom pun ada yang tidak mau menerima keberadaannya, jangan aneh, faham!?
Masalah ke-14
Apakah mungkin rerumputan dan air madrasah Syikh Abdul Qodir menyembuhkan penyakit pes?
*Jangan sekali-kali melogikakan karomat dan jangan sekali-kali mengkaromatkan logika. Tapi pangersa Abah Anom menghimbau kepada seluruh ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya,”syukur kalau manakib itu sampai mengerti, tidak mengerti juga percaya saja, karena itu karomat”.
Bagi umat-umat modern sekarang sebenarnya tidak aneh kejadian itu, karena yang memberi petunjuknya pun Sulthon Awliya, bagaimana mustahil, karena para wali Allah diberi kabar gembira di dunia dan di akhirat, apa yang mereka inginkan sudah ditawarkan kepada mereka, apa yang terjadi pasti terjadi, sekarang Profesor Hembing membuat ramuan dari daun-daunan, akar-akaran, rerumputan dibuat obat. Nah itu manakib Profesor Hembing, apalagi Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani.
Masalah ke-15
Yang dimaksudkan Tuan Syeikh “ apabila muridku tidak baik, akulah yang baik”, apa?
*Kalau berguru kepadanya jangan melihat orang lain yang tidak baik, lihat saja aku. Sekarang juga banyak yang seperti itu; “Ah, situ juga sudah belajar dzikir masih begitu, belum ada perubahan apa-apa”.
Kalau ingin belajar jangan melihat yang tidak lulus atau yang gagal, kalau ingin berdagang jangan melihat yang rugi, kalau ingin berumah tagga jangan melihat yang cerai, kalau ingi berobat jangan melihat yang tidak sembuh. Yang harus dilihat yang lulus dan yang beruntung, yang runtut raut, yang sembuh, lihat yang maju, lihat yang pintar, lihat yang sholeh, dan lain-lain.
Masalah ke-16
Mohon penjelasan tentang kata Tuan Syeikh!
*Hasanaa tul abroo risayyi ‘aatulmuqorrobin
Artinya: “segala kebajikan orang-orang yang baik adalah kejelekan orang-orang yang didekatkan oleh Allah kepada-Nya”?
Kita jangan merasa paling pintar, merasa paling pintar karena duduk berdampingan dengan orang yang lebih jelek, dan merasa paling keren dalam berpakaian jika duduk dengan orang yang compang-camping. Merasa paling kaya jika duduk berdampingan dengan yang paling miskin. Dan banyak lagi contoh lainnya.
Syeikh Ibnu Athoilla berkata:
Rubbamaa kuntamusi aan fa arookal ihsaa naminka suhbataka manhuwa aswaa uminkahaa lan
Artinya: “Kadang-kadang kejelekan itu menunjukkan kepadamu yang terbaik, jika kamu bersama orang yang lebih jelek”.
Di rumah, saya memakai sepatu termahal yang saya beli di Tasikmalaya, begitu masuk Indonesia Plaza, sepatu saya mendadak hilang “cahayanya”, mengapa? Karena harga sepatu yang saya punya hanya Rp 150.000, sedangkan disana paling murah Rp 750.000, malah ada yang Rp 1.500.000, ada juga yang dua juta keatas. Jadi keterangan itu untuk memacu kita agar mau berusaha keras untuk mencapai yang terbaik menurut kemampuan kita tentunya.
Masalah ke-17
Bagaimana mengenai kata-kata Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani didalam manakibnya, seperti melebihi Nabi?
*Seperti apa coba kasih contoh?
Masalah ke-18
Dia menghidupkan orang mati dengan qumbi izni (bangunlah dengan izinku), sedangkan Nabi Isa menghidupkan orang mati dengan qumbi iznillah (bangunlah dengan izin Allah)?
*Hati-hati ya, ini menyangkut aqidah, dan sangat mendasar. Yang menghidupkan orang mati dan mematikan orang hidup, yang mengadakan yang telah ada, yang mengadakan yang belum ada, yang meniadakan yang sedang ada, menurut pandangan Islam hanya Allah SWT. Catat itu dan baca ayat-ayatnya!
Bukan Nabi Isa yang menghidupkan dan bukan Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani yang menghidupkan tapi Allah SWT. Seandainya demikian pun tidak salah dan tidak mustahil, karena ada sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya:”Jika seorang hamba tidak putus-putus mendekatkan dirinya kepadaku dengan mengerjakan sunnah-sunnah setelah atau sebelum melaksanakan yang fardhu, sehingga aku mencintainya, dan apabila aku telah mencintai dia maka aku adalah pendengarannya yang ia mendengar dengan itu. Dan aku adalah penglihatannya yang ia melihat dengan itu, dan aku adalah tangannya yang ia menampar dengan tangan itu, dan aku adalah kakinya yang ia berjalan dengan itu, dan jika ia memohon kepadaku pasti aku beri dan apabila ia memohon perlindungan kepadaku maka aku lindungi”.
Bersambung...
Masalah ke-1
Siapa saja yang bisa mencapai Wali Allah?
*Semua muslim calon-calon Wali Allah.
Masalah ke-2
Bagaimana caranya mengetahui ciri-ciri Wali Allah?
*Al-Qur’an telah sekian ribu tahun sejak turun kepada Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.
Lalu anda sudah berapa tahun umur? lKok baru sekarang bertanya itu?
Firman Allah : (QS. Yunus:62-64)
Yahya bin Mu’adz berkata :
Alwaliyyu royha nullaahi ta aalaa filardi yasyummuhus shodiy quwna fatasiluroo ‘ihatahu ilaa quluw bihim fayastaa quwna bihii ilaa mawlaa hum wayazdaa duw na ‘ibaa datum tafaa wuti ahwa lihim.
Artinya :” Wali itu adalah wangi-wangian Alloh yang masyhur di muka bumi, yang menciumnya hanyalah orang-orang yang kebenarannya mendominasi dirinya, maka sampailah kesemerbakannya kedalam hati mereka, maka dengan itu terpesonalah mereka kepada Tuhannya serta selalu bertambah-tambah dalam ibadatnya dalam keadaan sikap serta sifat yang berbeda”.
Masalah ke-3
Mohon penjelasan cirri-ciri hamba Allah tersebut di dalam Al-Qur’an?
*Tidak banyak disebut di dalam Al-Qur’an, kecuali hanya sekali yaitu di dalam surat Al—Kahfi ayat 65:
Adanya hamba Allah itu abstrak dalam kekongkritanya dan kongkrit dalam keabstrakannya. Semua ahli tafsir sepakat mengatakan bahwa hamba Allah tersebut adalah Nabi Khidlir as, yang segala apa beliau kerjakan bukan kemauannya sendiri (semata-mata kehendak yang maha berkehendak) Allah berfirman : (QS. Al-Kahfi:82)
Seperti halnya Rosullah SAW panutan seluruh umat manusia, maka hamba Allah itupun adalah panutan seluruh manusia pada masanya, adapun cirri-ciri dan syarat-syaratnya:
1.Mengikuti seorang guru yang waspada, yang silsilahnya sampai ke hadirot Allah panutan dua golongan, yaitu jin dan manusia;
2.Dan orang pintar ( menguasai seluruh ilmu agama islam, karena orang bodoh tidak akan mampu member petunjuk);
3.Dan berpaling dari cinta dunia serta cinta kedudukan (bukan tidak punya dunia dan kedudukan);
4.Mampu melatih dirinya dengan mengurangi makan, tidur, bicara, dan banyak melakukan sholat (seperti yang telah diterngkan di atas), banyak bershodaqoh, banyak berpuasa;
5.Bersifat dengan sifat-sifat yang baik, seperti shobar, syukur, tawakal, yaqin, murah hati, qona’ah, tabah, tawadhu, benar, pemalu, tepat, berwibawa, tenang dan sebangsanya.
Seperti halnya cahaya dari sekian cahaya yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW, beliaulah yang pantas menjadi panutan semua umat Nabi pada masanya. Dan adanya sosok orang tersebut lebih susah mencarinya dari pada belerang merah dan bila engkau berbahagia dan kebahagiaan yang tidak ada duanya apabila engkau menemukan sosok yang seperti itu, bila engkau telah bertemu dia, jangan sampai berpisah lagi dan layanilah dengan:
a.Tangan kemampuanmu;
b.Harta kekayaanmu;
c.Kekuasaanmu;
d.Pelihara hatinya;
e.Pelihara waaktunya;
f.Pelihara perjalanannya, jejak langkahnya atau sunnah-sunnahnya, karena firman Allah SWT. (QS. At-Taubah:119)
Sabda Nabi Muhammad SAW :
Kunma ‘allaahi waillam takun ma ‘allaahi fakun ma ‘amankaa nama ‘allaahi fainnahu yusiluka ilallah
Artinya: “ Adalah kamu sekalian bersama Allah, dan jika kamu sekalian tidak bersama Allah, adalah kamu bersama orang yang bersama Allah, maka sesungguhnya dia mengantarkanmu kepada Allah”.
Masalah ke-4
Bagaimana kaitannya dengan surat Al-Isra ayat 1?
*Itulah hamba Allah yang sebenar-benarnya, hamba Allah semua anak Adam a.s. harus menerima ada di bawahnya, hanya orang edan kurang setan yang menolaknya seperti dua Abu: Abu Jalal dan Abu Lahab.
Ada satu abu yang tidak menolak tetapi tidak mau menjadi pengikutnya yaitu Abu Tholib (paman Nabi Muhammad SAW). Ada juga seorang Abu yang sangat yakin terhadap hamba Allah tersebut, yaitu Abu Bakar As-Shidiq.
Semoga kita termasuk gologan orang yang satu, yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, dan terhindar dari “Abu” sebelumnya.
Adapun masa bakti hamba Allah tersebut hanya Allah yang menentukan, penggantiannya pun hanya Allah yang menentukan. Akan tetapi penerusnya pun tetap hanya satu hamba Allah tersebut, tidak menjadi dua atau lebih bnyak, karena telah Allah tetapkan didalam Al-Qur’an: (Q.S Al-Isra:11)
Bukan: subhaa nallazii asroo bi ‘abdayhi
Atau bukan: subhaa nallazii asroo bi I’baadihi
Setelah dilihat dari semua visi ayat tersebut, maka merupakan ketetapan Allah bahwa hamba Allah yang satu ini yakni Nabi Muhammad SAW serta yang satu pula penerusnya dan yang satu pula sebagai penerusnya sampai hari akhir pun tetap hanya satu yang dibangkitkan oleh Allah untuk peneguh iman umat bardasarkan ayat tadi. Sabda Nabi Muhammad SAW:
Innallaaha yab ‘ashu lihaazihil ummati alaa ro’sikulli mii ‘atihi sanatin manyujaddidu lahaa diynaha.
Artinya: “Sesungguhnya Allah akan membangkitkan atau mengutus untuk umat ini (umat islam) setiap seratus tahun seorang peneguh iman umat (pembaharu iman mereka)”. (H.R. Abu Dawud al-Hakim dan Al-Baihaqi dari Abi Hurairoh)
Adapun tugasnya telah ditetapkan pula oleh Allah didalam Al-Qur’an: (Q.S. Yaasin:20-21)
Firman Allah tentang penguasa bumi: (Q.S. Al-Baqarah:30)
Kita yakin bahwa yang satu ini tidak akan berubah menjadi dua atau lebih banyak, semuanya harus menjadi pengikutnya, berikut kita semua.
Masalah ke-5
Bagaimana kalau telah meninggal yang satu itu apakah akan ada gantinya?
*Selama ayat-ayat dan hadits nabi tersebut tadi tetap ada, maka yang satu tetap ada dan karena Allah SWT tetap ada dan ada-Nya tetap. Allah berfirman: (Q.S Al-Hijr:9)
Di dalam ayat lain Allah menjelaskan bahwa tidak ada yang menggantikan kalimah-kalimah Al-Qur’an. Jadi tak usah risau, karena Kholifatullah akan selalu dilahirkan di bumi-Nya.
Masalah ke-6
Siapa yang mengetahui penggantiannya itu?
*Sudah pasti yang satu itu yang mengetahuinya, tidak akan mengetahui rahasia Allah kecuali hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya: (QS.Al-Jin:26-27)
Yang wajib kita syukuri adalah dipertemukannya kita dengan yang satu sekarang, yang telah terasa manfaatnya baik urusan dunia maupun akhirat, semoga kita tidak berpisah lagi selama-lamanya.
Masalah ke-7
Lalu bagaimana caranya agar mencapai derajat Wali?
*Didalam kitab Miftahus Shudur tukilan Abah Anom dijelaskan, kata Syeikh Abu Sa’d Al-Khoroz r.a: apabila Allah maha luhur menghendaki seorang hamba dari sekian banyak hamba-Nya itu menjadi Walinya, maka Allah membukakan kepadanya pintu dzikir kepada-Nya (kepada Allah)
Itulah mengapa Sayyidina Ali Karomullahu Wajhahu memohon kepada Rosulullah SAW jalan mendekatkan diri kepada Allah, lalu Nabi memberikan bagaimana cara dzikir kepada Allah.
Masalah ke-8
Mungkinkah ada Nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW?
*Pasti tidak akan diciptakan lagi manusia untuk jadi Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, berdasarkan firman Allah SWT: (QS. Al-Ahzab:40)
Masalah ke-9
Katanya orang yang sudah berguru ke Pangersa Abah, tidak boleh berguru lagi kepada orang lain, apakah itu benar?
*Tidak benar. Mereka datang ke suryalaya setelah capek berguru kepada orang lain. Mereka yang datang tidak di undang, datang hanya minta ditalqin, setelah itu terus pada pulang.
Yang datang bukan hanya orang-orang bodoh tapi nerduyun-duyun para ulama dari berbagai daerah Indonesia dan dari luar negeri, para Guru Besar dalam berbagai disiplin ilmu, para Jenderal dari berbagai angkatan, mereka semua punya banyak guru, mereka datang ke suryalaya hanya untuk belajar mendekatkan diri kepada Allah yang belum mereka rasakan sebelumnya.
Selama tiga puluh empat tahun mengikuti Pangersa Abah tidak pernah mendengar kata-kata: “Awas jangan berguru kepada orang lain, ya!” Yang ada begini:”Ngapain ke Suryalaya, di sini juga banyak ilmu, jauh-jauh”. Banyak yang mau berangkat ke Suryalaya dijegal dijalan sampai tidak jadi.
Banyak Kyai yang telah berguru ke Suryalaya dinon-aktifkan dari imam, khotbah, dan pengajian-pengajian, seperti yang menulis ini, malah diumumkan jangan diundang. Yang ada di Suryalaya ini:
1.Tidak boleh membenci ulama yang sezaman,
2.Tidak boleh menyalahkan ajaran orang lain,
3.Tidak boleh meneliti murid orang lain,
4.Tidak boleh berhenti beramal walaupun disakiti,
5.Harus menyayangi orang yang membencimu.
Masalah ke-10
Ada berita lagi, katanya murid-murid Abah mengkultuskan, bagaimanakah itu?
*Saya balik nanya. Apa arti kultus? Dia menjawab, mendewakan, terus saya tanya lagi apa arti dewa, kultus bahasa apa? Sampai mana batasan kata kultus? Lalu apakah istilah dewa ada dalam ajaran islam? Bukankah istilah dewa hanya dalam ajaran hindu? Mengapa mencampur adukkan istilah agama lain dengan islam? Bukankah Islam agama diatas semua? Kok, berani mamasukkan istilah agama lain kepada agama Islam? Jangan dong! Makanya datang menghadap kepadanya (Abah Anom), jangan mendengar berita dari jauh. Pernah mendengar keterangan:
Izaa zoharo tilbid ‘u wasakatal ‘aalimu fa ‘alaihi la’natullah
Artinya: “Apabila dhohir atau Nampak perbid’ahan (ajaran yang tak sesuai dengan tuntutan dari junjunan kita Muhammad SAW) dan orang yang mengetahui tentang itu berdiam diri, maka yang Allah kutuk adalah orang-orang yang mengetahui dan membiarkannya”.
Dari luar negeri pada datang, mengapa kita tidak merasa penasaran? Bukankah Allah telah memberi peringatkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 36:
Masalah ke-11
Menurut berita, di Suryalaya itu rukun imannya tujuh dengan iman kepada Abah Sepuh, betulkah itu?
*Ah, itu benar-benar dibuat-buat, mana ada rukun iman tujuh, jangankan orang pesantren, orang bodoh pun boleh ditanya rukun iman, pasti mereka menjawab enam, adapun murid percaya kepada gurunya, itu termasuk iman kepada utusan Allah. Kita tidak pernah bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, yang menyampaikan risalahnya para penerusnya yaitu para Wali Mursyid, jelas wajib percaya dong!
Kalau santri tidak boleh percaya kepada gurunya, semua bubar, tidak ada pesantren lagi, kalau siswa atau mahasiswa tidak boleh percaya kepada gurunya atau dosennya, sekolah bubar semua, kampuspun bubar semua. Bilangin (katakana) deh kepada yang suka iseng itu, anda seorang guru sudah tidak didengar lagi oleh murid, anda seorang kyai berhenti dakwah agama dan seterusnya, masih banyak contoh-contoh.
Masalah ke-12
Waktu saya berjama’ah di Suryalaya, mengapa Abah tidak ke mesjid?
*Nanyanya salah, kenapa saya yang ditanya, bukan datang ke Abah waktu itu? Dengarkan ya, di Surabaya, ada cerita actual dari mulut kemulut, tentang seorang tukang sapu yang membersihkan di dalam dan di luar mesjid Sunan Ampel. Tapi manakala waktu sholat jum’at tiba, orang-orang merasa aneh, tukang sapu itu tidak pernah ada di kala sholat Jum’at.
Singkat cerita, setelah lama cerita itu menimbulkan penasaran ingin tahu. Pada waktu (musim keberangkatan jemaah haji Indonesia dari Surabaya telah berangkat semua ke sana) penyapu itu terlihat ada sholat Jum’at di Masjidil Harom, padahal orang-orang tahu tukang sapu itu tidak berangkat menunaikan ibadah haji, memang dari mana ONH-nya?, lalu di kejar sampai ketemu di Masjidil Harom itu dan ditanya,” kok, anda juga bias berangkat ya….? Dia menjawab : “hiss…jangan banyak bilang sama orang lain, ya! Nanti saya tidak kembali lagi ke sana”.
Karena orang yang menemukan si pesapon disana ngoceh kesana kesini, maka benar-benar dia tidak kembali ke Surabaya. Itu si pesapon, pangersa Abah siapa? Tahu tidak? Buruk sangka itu dosa besar, saying!
Laksanakan ibadah hanya karena Allah semata, bukan untuk menilai orang lain. Kalau lagi sholat larak-lirik sarung orang, baju orang, kopiah orang, bacaan orang, itu bukan sholat, tapi juri musa-baqoh. Makanya Allah memerintahkan sholat hanya untuk dzikir kepada-Nya. (QS. Thoha:14)
Masalah ke-13
Maaf, tentu pertanyaan ini sangat pribadi, apakah Pangersa Abah Anom dalam keadaan demikian masih dapat berkomunikasi secara lahiriyah?
*Di zaman modern seperti sekarang ini sering Nampak jelas bahwa komunikasi itu tidak mesti nempel atau kontak secara fisik saja, kecuali jarak dekat. Adapun untuk kontak jarak jauh kalau diukur hanya dengan fisik bagaimana (saya balik bertanya?).
Bagaimana dengan telepon? Bagaimana dengan HP? Begitu pula hubungan antara kita sesama manusia. Begitu pula hubungan dengan Allah.”perjalanan rasa” lebih cepat ketimbang lari, terbang dan lainnya, tidak lebih cepat dari perjalanan rasa seorang hamba Allah, sebagaimana perjalanan Isro’ Mi’roj Rosulullah SAW.
Pangersa Abah bukan Nabi dan bukanlah Rosul, tapi penerus Rosul. Karena beliau penerus Rosul, pasti beliau adalah hamba Allah, apabila kepada Rosulullah SAW ada yang tidak percaya akan perjalanan komunikasi tercepat itu, maka kepada Pangersa Abah Anom pun ada yang tidak mau menerima keberadaannya, jangan aneh, faham!?
Masalah ke-14
Apakah mungkin rerumputan dan air madrasah Syikh Abdul Qodir menyembuhkan penyakit pes?
*Jangan sekali-kali melogikakan karomat dan jangan sekali-kali mengkaromatkan logika. Tapi pangersa Abah Anom menghimbau kepada seluruh ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya,”syukur kalau manakib itu sampai mengerti, tidak mengerti juga percaya saja, karena itu karomat”.
Bagi umat-umat modern sekarang sebenarnya tidak aneh kejadian itu, karena yang memberi petunjuknya pun Sulthon Awliya, bagaimana mustahil, karena para wali Allah diberi kabar gembira di dunia dan di akhirat, apa yang mereka inginkan sudah ditawarkan kepada mereka, apa yang terjadi pasti terjadi, sekarang Profesor Hembing membuat ramuan dari daun-daunan, akar-akaran, rerumputan dibuat obat. Nah itu manakib Profesor Hembing, apalagi Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani.
Masalah ke-15
Yang dimaksudkan Tuan Syeikh “ apabila muridku tidak baik, akulah yang baik”, apa?
*Kalau berguru kepadanya jangan melihat orang lain yang tidak baik, lihat saja aku. Sekarang juga banyak yang seperti itu; “Ah, situ juga sudah belajar dzikir masih begitu, belum ada perubahan apa-apa”.
Kalau ingin belajar jangan melihat yang tidak lulus atau yang gagal, kalau ingin berdagang jangan melihat yang rugi, kalau ingin berumah tagga jangan melihat yang cerai, kalau ingi berobat jangan melihat yang tidak sembuh. Yang harus dilihat yang lulus dan yang beruntung, yang runtut raut, yang sembuh, lihat yang maju, lihat yang pintar, lihat yang sholeh, dan lain-lain.
Masalah ke-16
Mohon penjelasan tentang kata Tuan Syeikh!
*Hasanaa tul abroo risayyi ‘aatulmuqorrobin
Artinya: “segala kebajikan orang-orang yang baik adalah kejelekan orang-orang yang didekatkan oleh Allah kepada-Nya”?
Kita jangan merasa paling pintar, merasa paling pintar karena duduk berdampingan dengan orang yang lebih jelek, dan merasa paling keren dalam berpakaian jika duduk dengan orang yang compang-camping. Merasa paling kaya jika duduk berdampingan dengan yang paling miskin. Dan banyak lagi contoh lainnya.
Syeikh Ibnu Athoilla berkata:
Rubbamaa kuntamusi aan fa arookal ihsaa naminka suhbataka manhuwa aswaa uminkahaa lan
Artinya: “Kadang-kadang kejelekan itu menunjukkan kepadamu yang terbaik, jika kamu bersama orang yang lebih jelek”.
Di rumah, saya memakai sepatu termahal yang saya beli di Tasikmalaya, begitu masuk Indonesia Plaza, sepatu saya mendadak hilang “cahayanya”, mengapa? Karena harga sepatu yang saya punya hanya Rp 150.000, sedangkan disana paling murah Rp 750.000, malah ada yang Rp 1.500.000, ada juga yang dua juta keatas. Jadi keterangan itu untuk memacu kita agar mau berusaha keras untuk mencapai yang terbaik menurut kemampuan kita tentunya.
Masalah ke-17
Bagaimana mengenai kata-kata Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani didalam manakibnya, seperti melebihi Nabi?
*Seperti apa coba kasih contoh?
Masalah ke-18
Dia menghidupkan orang mati dengan qumbi izni (bangunlah dengan izinku), sedangkan Nabi Isa menghidupkan orang mati dengan qumbi iznillah (bangunlah dengan izin Allah)?
*Hati-hati ya, ini menyangkut aqidah, dan sangat mendasar. Yang menghidupkan orang mati dan mematikan orang hidup, yang mengadakan yang telah ada, yang mengadakan yang belum ada, yang meniadakan yang sedang ada, menurut pandangan Islam hanya Allah SWT. Catat itu dan baca ayat-ayatnya!
Bukan Nabi Isa yang menghidupkan dan bukan Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani yang menghidupkan tapi Allah SWT. Seandainya demikian pun tidak salah dan tidak mustahil, karena ada sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya:”Jika seorang hamba tidak putus-putus mendekatkan dirinya kepadaku dengan mengerjakan sunnah-sunnah setelah atau sebelum melaksanakan yang fardhu, sehingga aku mencintainya, dan apabila aku telah mencintai dia maka aku adalah pendengarannya yang ia mendengar dengan itu. Dan aku adalah penglihatannya yang ia melihat dengan itu, dan aku adalah tangannya yang ia menampar dengan tangan itu, dan aku adalah kakinya yang ia berjalan dengan itu, dan jika ia memohon kepadaku pasti aku beri dan apabila ia memohon perlindungan kepadaku maka aku lindungi”.
Bersambung...