1.MUHARROM
Manqobah
Ke-39 :
Setiap
Datang Tahun Baru, Memberitahu Kepada Syaikh Abdul Qodir Peristiwa Yang Akan
Terjadi Pada Tahun Itu.
Diriwayatkan
di dalam kitab "Bahjatul Asror" bahwa Syaikh ‘Abdul Qodir pada suatu
saat terbang melayang-layang diatas ribuan manusia di majlis pengajian
yang beliau
pimpin, beliau Bersabda:
"Tiada
terbit matahari melainkan mengucapkan salam kepadaku, pada setiap datang tahun
selalu memberi salam kepadaku, dan memberitahukan yang akan terjadi pada tahun
itu. Pada setiap datang bulan, memberi salam kepadaku dan Menceritakan apa yang
terjadi pada bulan itu. Demikian Pula setiap datang minggu dan hari, minggu dan
hari itu memberi salam kepadaku dan memberitahukan yang akan terjadi pada
minggu dan hari itu. Demi Dzat Allah Yang Maha Mulia, orang-orang yang suka dan
duka semuanya itu diberitahukan kepadaku. Pandangan mataku selalu di Lauhil
Mahfud dan aku tenggelam dalam lautan Ilmu Alloh dan lautan musyahadah, akulah
yang menjadi Hujjah Alloh, akulah yang menjadi pengganti Rosululloh saw. Akulah
yang menjadi pewarisnya dibumi. Manusia ada gurunya, malaikat ada gurunya, jin
ada gurunya, aku guru semuanya.”
"Allohumman
Tsur 'Alaihiin Nafahaati Warridhwan Wa Amiddanaa Bi Asroorihii Fii Kulli Waqti
Wamakaan"
Manqobah
Ke-40 :
Abdul Qodir
Diberi Buku Untuk Mencatat Murid-Muridnya Sampai Hari Kiamat
Diriwayatkan
di dalam kitab
"Bahjatul
Asror", Syaikh Abdul Qodir pernah berkata:
“Aku diberi
sebuah buku yang luasnya sejauh mata memandang untuk menuliskan nama-nama
muridku sampai hari kiamat. Semua murid itu telah Alloh berikan Kepadaku dan telah
menjadi milikku. Aku pernah bertanya Kepada malaikat Malik, “Apakah ada dalam
neraka, muridku dan sahabat-ku?”
Malaikat
Malik menjawab: “ tidak ada.”
Syaikh
berkata:
"Aku
bersumpah, demi kemuliaan Tuhanku. Tanganku atas murid-muridku seperti langit
menutup bumi. Andaikan murid-muridku itu buruk, maka akulah yang baik. Dan aku
bersumpah, demi Keagungan dan Kemuliaan Tuhanku, dua telapak kakiku tidak akan
bergeser dihadapan Tuhan kecuali sudah mendapat keputusan bahwa aku
bersama-sama muridku yang masuk surga”
Lebih lanjut
beliau bersabda:
“Tanganku
tidak akan lepas dari kepala murid muridku, walaupun aku sedang ada di timur
dan muridku ada di barat, lalu muridku itu tersingkap auratnya, maka tanganku
akan segera menutupinya. Demi Keagungan dan Kemuliaan Tuhanku, pada hari kiamat
aku akan berdiri tegak di hadapan gerbang pintu neraka, sekali lagi aku tidak
akan bergeser sebelum muridku masuk surga karena Alloh Yang Maha Kuasa telah
menjanjikanku bahwa murid-muridku tidak akan dimasukan ke dalam neraka.
Barang siapa
yang berguru serta mahabbah kepadaku, pasti aku menghadap kepadanya, bahwa mereka
dan Malaikat Munkar Nakir telah berjanji kepadaku, bahwa mereka tidak akan
menakut-nakuti murid-muridku.”
"Allohumman
Tsur 'Alaihiin Nafahaati Warridhwan Wa Amiddanaa Bi Asroorihii Fii Kulli Waqti
Wamakaan"
2.SHOOFAR
Manqobah
Ke-24 :
Masyarakat
Yang Menderita Penyakit Tho’un, Sembuh Dengan Rumput Dan Air Madrasah Syaikh
Abdul Qodir
Para Ulama
meriwayatkan, pernah terjadi pada jaman Syaikh Abdul Qodir bangkit wabat
penyakit tho’un sehingga berjuta orang meninggal dunia. Masyarakat
beduyun-duyun datang meminta pertolongan kepada Syaikh, beliau mengumumkan
kepada mereka:
"Barangsiapa
makan rerumputan Madrasahku, Alloh akan menyembuhkan penyakit yang
dideritanya.”Karena terlalu banyak yang sakit, rerumputan itu habis, Syaikh
mengumumkan
lagi :
“Barangsiapa
yang meminum air Madrasahku akan segera disembuhkan Alloh SWT.” Mendengar
Pengumuman itu, para penderita penyakit beramai-ramai minum air madrasah
Syaikh, seketika itu juga mereka menjadi sembuh kembali dan penyakit tho’un pun
lenyap.
Manqodah
Ke-27 :
Syaikh
‘Abdul Qodir Membeli 40 Ekor Kuda Untuk Orang Sakit
Diriwayatkan,
ada ada seseorang yang bertempat tinggal agak jauh dari kota Baghdad. Terdengar
berita tentang kemasyhuran Syaikh Abdul Qodir, ia pun bermaksud akan berziarah
kepada Syaikh karena terdorong rasa mahabbah. Setibanya dilokasi kediaman
Syaikh, ia keheranan melihat istal kudanya megah Sekali, lantai istalnya dibuat
dari emas dan perak, pelananya dibuat dari sutra dewangga, kudanya 40 ekor,
semuanya bagus-bagus dan mulus-mulus, tiada bandinganya. Terlintas dalam
hatinya prasangka yang kurang baik :
“Katanya ia
seorang Wali, tetapi mengapa kenyataannya seorang pecinta dunia. Mana ada
seorang wali mencintai dunia? tidak pantas diberi gelar Waliyulloh.”
Niat semula
untuk bertemu dengan Syaikh, seketika itu juga dibatalkan, lalu ia bertamu
kepada orang lain dikota itu. Beberapa hari kemudian ia jatuh sakit sangat
parah, tidak ada seorang dokter pun dikota itu yang mampu mengobatinya. Ada
seorang paranormal beragama Nasroni yang memberi petunjuk, “Penyakitnya itu
tidak bisa sembuh kecuali dengan hati kuda, dengan syarat kudanya harus seperti
yang dimiliki oleh Syaikh Abdul Qodir, beliau seorang yang sangat dermawan,
pasti mau menolong,” Setiap hari disembelih seekor untuk diambil hatinya selama
empat puluh hari, sehingga 40 kuda habis semuanya.
Dengan empat
puluh kuda itu, sembuhlah orang itu seperti sedia kala. Dengan rasa syukur yang
tiada terhingga diiringi rasa Malu, ia datang menghadap Syaikh mohon ampunan.
Syaikh Berkata: “Untuk kamu ketahui, sejumlah kuda yang ku beli itu sebenarnya
untukmu, karena aku tahu kamu akan mendapat musibah, menderita penyakit yang
tidak ada obatnya kecuali harus dengan empat puluh hati kuda. Aku tahu maksudmu
semula, kamu datang mau berziarah kepadaku semata-mata didorong rasa cinta
kepadaku, namun kamu berprasangka buruk kepadaku sehingga kamu bertamu kepada
orang lain”.
Setelah
mendengar penjelasan itu, ia merasa bersalah dan segera bertobat, lalu Syaikh
meluruskan niatnya dan memantapkan keyakinannya. Dan paranormal itu masuk
Islam.
"Allohumman
Tsur 'Alaihiin Nafahaati Warridhwan Wa Amiddanaa Bi Asroorihii Fii Kulli Waqti
Wamakaan"
3. ROBI’UL
AWAL
Manqobah
Ke-3 :
Kecerdasan
Syaikh Abdul Qodir Waktu Menuntut Ilmu
Dalam
menuntut ilmu, Syaikh Abdul Qodir berusaha memilih guru-guru yang ahli dalam
bidangnya, beliau mempelajari dan memperdalam bermacam-macam disiplin ilmu. Seluruh
gurunya mengungkapkan tentang kecerdasannya. Beliau belajar Ilmu Fiqih dari
Abil Wafa ‘Ali bin ‘Aqil, Abi ‘Ali Khothob al-Kalwadani dan Abi Husein Muhammad
ibnil Qodli. Ilmu adab dari Abi Zakaria at-Tabrizi. Ilmu Thoriqot dari Syaikh
Abil Khoir Hammad bin muslim bin Darwatid Dibas. Shufiahnya dari Abi Said Al
Mubarok.
Sejak itu
beliau terus-menerus meraih pangkat yang sempurna berkat rahmat Alloh Yang Maha
Esa, sehingga beliau menduduki pangkat tertinggi dalam kewalian. Dengan
semangat juang yang tinggi disertai tekad yang kuat beliau berusaha mengekang
serta mengendalikan hawa nafsu. Beliau berkholwat di Irak dua puluh lima tahun
lamanya tidak berjumpa dengan orang.
Manqobah
Ke-4 :
Budi Pekerti
Syaikh Abdul Qodir
Syaikh Abdul
Qodir Al Jailani sangat takut kepada Alloh SWT, oleh karena itu beliau mudah
terharu serta mudah mengeluarkan air mata. Doanya dikobul Alloh. Beliau seorang
dermawan, jauh dari keburukan dan selalu dekat dengan kebaikan. Berani dan
kokoh dalam mempertahankan hak, tegas dalam menghadapi kemungkaran. Pantang
menolak orang yang meminta-minta walupun yang dimintanya pakaian yang sedang
beliau pakai. Tidak marah karena hawa nafsu, tidak memberi pertolongan yang
bukan karena Alloh.Beliau diwarisi akhlak Nabi Muhammad saw, tampan Nabi Yusuf
as, benar Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, adil Umar bin Khothob ra; Hilim Sayyidina
Utsman bin Affan ra, kegagahan serta keberanian sayidina Ali bin Abi Tholib karromallohu
Wajhahu.
"Allohumman
Tsur 'Alaihiin Nafahaati Warridhwan Wa Amiddanaa Bi Asroorihii Fii Kulli Waqti
Wamakaan"
4. ROBI’UTS
TSANI
Manqobah
Ke-51 :
Wasiat
Syaikh Abdul Qodir Kepada Putranya Abdul Rozak
Syaikh Abdul
Qodir telah berwasiat kepada putranya yang bernama Abdul Rozak dengan beberapa
wasiat, diantaranya :
“Wahai
anakku, semoga Alloh melimpahkan Taufiq dan Hidayah-Nya kepadamu dan kepada
segenap kaum muslimin. Wahai anakku, bertawakallah kepada Alloh, pegang syara’
dan laksanakan, dan pelihara batas-batasnya. Ketahui bahwa Thoriqotku dibangun
berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rosululloh saw. Hendaknya kamu berjiwa bersih,
dermawan, murah hati dan suka memberi pertolongan kepada orang lain dengan
jalan kebaikan. Jangan keras hati atau berlaku tidak sopan. Sebaiknya kamu
bersikap sabar dan tabah menghadapi segala ujian dan cobaan. Hendaknya kamu
mengampuni kesalahan orang lain dan bersikap hormat pada sesama ikhwan dan
semua fakir miskin.
Perihara
olehmu kehormatan guru-guru, dan berbuat baiklah kepada orang lain, beri
nasihat yang baik kepada orang-orang besar tingkat kedudukanya, demikian pula
bagi masyarakat kecil. Jangan suka berbantah-bantahan dengan orang lain kecuali
dalam masalah agama.Ketahuilah bahwa hakikat kemiskinan adalah perlu kepada
orang lain, dan hakikat tidak perlu kepada orang lain. Tasawwuf dicapai dengan
jalan lapar dan pantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan, dan tidak
banyak bicara, jika kamu berhadapan dengan orang faqir, jangan dimulai dengan
ilmu, sebab akan menjauh denganmu. Sebaiknya, hendaklah dimulai dengan kasih
sayang, bersikap lembutlah terhadapnya, membuatnya lebih dekat padamu.
Tasawwuf
dibangun diatas delapan hal yakni;
1. Dermawan,
2. Ridlo,
3. Sabar,
4. ‘Isyaroh,
5. Mengembara,
6. Berbusana
bulu,
7. Pecinta
alam, dan faqir.
Dermawan
Nabi Ibrohim, ridho Nabi Ishaq, sabar Nabi Ayyub, Isyarohnya Nabi Zakaria,
mengembara seperti Nabi Yusuf, berbusana wool seperti Nabi Yahya, pecinta alam
Nabi Isa, dan kefakiran Nabi Muhammad saw.
Bila kamu
berkumpul bersama orang kaya, perlihatkan kegagahanmu, kerendahan hati bila
berkumpul dengan orang miskin. Hendaknya kamu ikhlas dalam setiap perbuatan.
Seharusnya selalu mengingat Alloh. Jangan berprasangka buruk Kepada Alloh.
Harusnya berserah diri kepada Alloh dalam segala perbuatan. Jangan
menggantungkan diri kepada orang lain, walaupun keluarga walaupun teman
sejawat. Layani faqir miskin dengan 3 hal; pertama, tawadhu’; kedua, budi
pekerti; dan ketiga, kebeningan hati.
Perhatikan
olehmu bahwa yang paling dekat kepada Alloh ialah orang yang paling budi
pekertinya. Dan amal yang paling utama ialah memelihara hati dari melirik
kepada selain Alloh.Bila bergaul dengan orang miskin, berwasiatlah dengan kebenaran
dan kesabaran. Cukup bagimu dari dunia itu dua hal: pertama, bergaul dengan orang
miskin, kedua menghormati wali. Selain dari pada Alloh, segala sesuatu itu
jangan dipandang cukup, gagah kepada yang dibawahmu adalah pengecut, gagah
terhadap sesuatu adalah lemah dan gagah kepada orang yang lebih tinggi kedudukanya
adalah sombong. Ketahuilah bahwa Tasawwuf dan fakir merupakan Dwi Tunggal
kebenaran yang hakiki, bukan main-main, oleh karena itu jangan dicampur dengan
main-main".
Demikian
wasiat ayah, semoga Alloh melimpahkan taufiq dan hidayahnya kepadamu dan kepada
murid-murid, atau kepada siapapun yang mendengar wasiat ini, semoga dapat
mengamalkanya dengan syafa’at junjungan kita Nabi Muhammad SAW, amin ya Robbal
‘alamin.
Manqobah
Ke-53 :
Syaikh Abdul
Qodir Wafat
Menjelang
akhir hayatnya, Malaikat Ajro’il datang mengunjungi Syaikh dikala matahari akan
terbenam membawa surat dari Alloh SWT untuk Syaikh dengan alamat sebagai
berikut: "Yashilu hadzal maktubi minal muhibbi ilal mahbubi" (Surat
ini dari Dzat Yang Maha Pengasih disampaikan kepada Wali yang dikasihi). Kemudian
surat tersebut diterima oleh putranya yang bernama Sayyid Abdul Wahhab. Setelah
diterima, masuklah ia bersama Malaikat Ajro’il. Sebelum surat dihanturkan
kepada Syaikh, beliau sudah mengerti bahwa beliau akan berpindah ke alam
‘uluwi, alam tinggi yakni meninggal Dunia.
Syaikh
bersabda kepada putra-putranya:
“Jangan
mendekat, karena lahiriyahku bersama-sama dengan kamu, sedang bathiniyahku
bersama selain kamu, dan perluas ruangan ini karena hadir selain dari padamu,
tunjukan sopan santunmu.”
Siang dan
malam, tak henti-hentinya beliau mengucapkan :
"Wa’alaikumus
salaam wa rohmatullohi wa barokatuh. Ghofarolloohu lii walakum, taaballohu
‘alayya wa ‘alaikum, Bismillahi ghoyri muudiina. Wadkhulu fi shoffil awwali,
idzan ajii’u ilaykum, rifqon rifqon wa ‘alaikumus salaamu ajii’u ilaykum, Qifuu
ataahul haqqu wa sakarotul mawti.
Beliau
berpesan :
“Jangan ada
yang menanyakan apapun kepadaku setelah aku bolak-balik dalam lautan Ilmu
Alloh”,
lalu membaca
:
Ista’antu
bilaa ilaaha illallohu, Subhaanahu wa ta’aala wal hayyil ladzi laa yakhsal
fawtu, Subhana man ta’azzaza bil qudroti waqoharo ibaadahu bil mawti laa
ilalaha illallohu Muhammadur Rosulullahi, ta’azzaza, ta ‘azzaza Allohu Allohu
Allohu.
Terdengar
suara nyaring, lalu suaranya lembut tidak terdengar lagi, dan meninggallah
Ridwanullohu 'alaihi. Syaikh wafat pada malam Senin ba’da ‘Isya, tanggal 11
Robi’ul Akhir tahun 561 Hiriyah (1166 Masehi) pada usia 91 Tahun.
"Allohumman
Tsur 'Alaihiin Nafahaati Warridhwan Wa Amiddanaa Bi Asroorihii Fii Kulli Waqti
Wamakaan"