loading...

8 Nov 2017

Pohon La Ilahaillalah

Siapa saja yang di dalam Ruh Jismaninya, Ruh Ruhaninya, Ruh Sulthoninya sudah ada Laa ilaaha illalloh, kakinya dibumi paling bawah, kepalanya di langit paling atas, karena terbawa oleh Laa ilaaha illalloh, kemana kita pergi dimana kita berada, kita tidak lepas lagi dari Laa ilaaha illalloh (Dawuh Abah Aos).

Islam menempatkan Zat Yang Maha Mutlak sebagai puncak tujuan ruhani, sandaran istirahatnya jiwa, sumber hidup, sumber kekuatan dan sumber mencari inspirasi. Pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indra, melepaskan diri dari segala macam keruwetan peristiwa disekitarnya, terutama keterikatanya dengan sensasi tubuh seperti rasa sedih, gelisah, rasa cemas dan lelah. Semuanya dikembalikan kepada sumbernya yaitu Laa ilaaha illalloh dan menurut para ahli psikologi disebut sebagai proses untuk memasuki kesadaran psikologi transpersonal.

Dengan mengarahkan kepada Laa ilaaha illalloh, ruhani akan mengalami pencerahan karena ia berada pada ketinggian yang tak terbatas, sehingga jiwa kembali pada kondisi semula, bersih (fitrah) dan tidak terkontaminasi oleh dorongan-dorongan nafsu negatif. Jiwanya menjadi bersih lantaran usahanya dalam menanggalkan keterikatan dengan wilayah tubuh yang memiliki kecenderungan melakukan aktivitas kimiawi. Lebih-lebih pikiran tanpa mampu untuk menghentikan aktivitas kimiawi. Selama kita merasakan yang mengendalikan pikiran ini bukan kesadaran jiwa, tetapi hanya dorongan dorongan seperti lapar, haus, rasa marah, rasa seks dan malas. Semua itu timbul karena aktivitas tubuh. Inilah yang dinamakan jiwa mengikuti nafsu binatang, bukan nafsu binatang yang mengikuti jiwa.

Didalam kitab Sirr Al-Asror Syaikh Abdul Qodir Al Jailani Qs berkata; Alloh menurunkan manusia ke alam terendah untuk menyempurnakan kemanusiannya (Al-Insan Al-Kamil). Dalam kontek ini Ibnu Arabi menunjukan perbedaan antara manusia sempurna (Insan Al-Kamil) dan manusia binatang (Al-Insan Al-hayawan). Dengan menunjukan perbedaan itu, ia ingin menegaskan bahwa tidak semua manusia menjadi manusia sempurna; hanya manusia-manusia pilihan yaitu para Nabi dan para Wali. Bagaimana perbedaan antara manusia sempurna dengan manusia binatang, ibnu ‘Arabi lebih lanjut menjelaskan: Karena wujud manusia adalah menurut gambar sempurna (Tuhan) , maka ia berhak menerima khilafah dan kewakilan dari Alloh Ta’ala di alam.

Tujuan manusia utama didatangkannya manusia ke alam terendah ini, agar manusia berupaya kembali mendekatkan diri kepada Alloh dan mencapai derajat. Jiwa yang diturunkan oleh Alloh di alam mulki tampak gelap. Ia adalah berasal dari tiupan Ilahi yang suci, yang membawa misi memelihara serta mengendalikan bumi (kholifah). Jiwa kita yang nampak gelap dan tidak bersinar, karena kesadaran diri jatuh kedalam lumpur dunia, sehingga ia tak mampu mengendalikan gerakan gerakan alamiah tubuhnya. Tubuhnya seolah tanpa tuan dan pengetahuan. Pada kondisi seperti ini ruh sering disebut hati nurani (hati yang paling dalam). Seolah ruh itu berada jauh didasar anggota tubuhnya, sehingga Alloh memberi rahmat kepada Rosululloh SAW sampai kepada kholifah Mursyid untuk menolong umat manusia dengan tali wasilahnya (talqin dzikir) yang berfungsi sebagai tali dan pembawa sinar ketuhanan untuk menata kehidupan sesuai dengan fitrah ilahi.

Inilah yang disebut sebagai Al Qur’an sejati yang tidak tertulis dengan tinta dan tidak berupa suara, sehingga keabadian Firman-Nya tetap terjaga karena tersimpan dalam kalam yang suci, bukan berupa huruf dan suara, tidak dalam kertas dan pelepah kurma maupun tulang tulang. Ibnu Taimiyah menyebutnya “Al-Fitrah Al- Munazzalah” yaitu kesucian yang diturunkan.

Syaikh Mursyid adalah pembawa pesan-pesan Ilahi, duta Laa ilaaha illalloh. Sehingga setan tidak mampu menembus jiwa manusia yang sudah diangkat ketika berada di alam terendah (tubuhnya) ke alam Ilahiyah. Karena setan hanya mampu menembus jiwa manusia ketika tenggelam dalam lumpur tanah. Semuanya penuh sinar Ilahi, sehingga bisa berjalan dengan nurani, berkata dengan nurani, bekerja dengan nurani. Bukan mendengarkan ruhani, kita tidak akan mampu kecuali Kholifah Mursyid, karena kita tidak akan mampu menjalankan nasehat nurani. ada 5 pokok manfaat Laa ilaaha illalloh, yaitu:

1. Mensucikan yang najis.
2. Mensucikan yang kotor.
3. Mensucikan yang bersih.
4. Mensucikan yang suci.
5. Mensucikan Yang Maha Suci.

Metode penyucian ruhani itu adalah merenungkan keburukan dunia ini dan menyadari bahwa ia palsu dan cepat sirna. Mengosongkan hati selain Alloh dapat dicapai dengan perjuangan menaklukan hawa nafsu dan kesungguhan dalam melakukan dzikrulloh.

0 Comments:

Posting Komentar